domainesia

DomaiNesia


HAUS AKAN KEJELASAN NOVEL(?)

Sejak Novel Baswedan diserang dan membuat matanya tak bisa melihat, membusuk, berkali-kali saya dihubungi oleh orang-orang yang berniat menjalin kerjasama dengan Seword. 

Hasil gambar untuk novel baswedan sejarah
Sumber: Liputan 6
Ada yang menawarkan kerjasama penulisan naskah, penjualan buku ekslusif di Seword, sampai ada yang menanyakan kemungkinan kerjasama penayangan artikel ekslusif di web ini.

Bukan satu dua orang, bukan sekali dua kali pertemuan. Dengan narasi yang berbeda-beda, pada intinya mereka ingin agar Seword ikut terlibat dalam mengungkap dan menekan kasus penyerangan tersebut agar cepat terungkap.
Pada pertemuan pertama, seperti biasa saya akan bilang, perlu waktu untuk berpikir dan menganalisa dulu. Baru di pertemuan selanjutnya saya katakan, pada prinsipnya Seword menerima semua artikel atau tulisan, selama penulis mau bertanggung jawab.

Waktu itu saya berkesimpulan seperti ini. Penyerang Novel Baswedan adalah penjahat. Tapi kasus tersebut tidak otomatis menjadikan Novel sebagai manusia suci yang tak punya dosa. Ini cerita tentang orang yang punya masalah dengan penjahat.
Maka tak heran kalaupun Novel mengklaim sudah mengantongi nama-nama orang yang dituduhnya sebagai aktor atau dalang, pada akhirnya nama-nama itu tak pernah diungkapkannya. Karena apa? Bisa karena tuduhannya tak dilandasi bukti kuat, atau dia sadar bahwa dirinya bukan manusia suci yang tak punya dosa dengan pelakunya.

Karena penilaian subjektif tersebut, kepada orang-orang yang pernah menawarkan kerjasama, saya sampaikan bahwa saya tidak bisa membantu secara khusus. Saya tak mau terlibat dalam sebuah peperangan yang tidak saya ketahui siapa lawan dan kawannya.

Banyak orang membahas Novel Baswedan. Banyak orang bersimpati dan menuntut pengungkapan. Tapi saya, baru hari ini saya mau menyebut namanya, dan ingin membahasnya.

Artikel ini tak akan membahas kasus penyerangan Novel Baswedan, tapi ini tentang revisi UU KPK dan komentar biadabnya.

“Saya tidak bisa tuduh Pak Jokowi punya kepentingan. Tapi kalau kita ingat, semasa beliau menjabat saja, kan upaya ini sudah berualng kali dilakukan oleh DPR, bukan baru pertama kali. Jadi saya yakin Pak Jokowi tahu. Setelah tahu Pak Jokowi tahu dan tetap mau mengubah, apa masalahnya itu saya nggak ngerti. Dan tentunya kalau Pak Jokowi selesaikan ini (RUU KPK) maka koruptor akan berutang budi sekali sama beliau,” kata Novel Baswedan.

Pernyataan Novel Baswedan bukanlah pernyataan netizen dan orang awam. Novel adalah penyidik senior KPK. Efeknya jelas lebih kuat. Pertanyaannya kemudian, apakah tujuan Novel menuduh seperti itu?

Tuduhan Novel Baswedan ini sama seperti narasi : Kalau Jokowi menang, Islam hancur, tak ada yang mau menyembah Allah. Jokowi menang PKI bangkit, dan seterusnya. Tuduhan tersebut sama-sama tidak punya alasan dan bukti kuat. Bahkan tidak ada kaitannya.

Coba sekarang tanya ke Novel. Apa sih yang dipermasalahkan dalam RUU KPK? Bukankah Presiden sudah menolak beberapa poin yang diusulkan oleh DPR dan menyetujui beberapa poin dengan catatan. 

Bukankah Presiden tetap mempertahankan KPK mengelola LKHPN, memimpin kasus dan menolak penyadapan harus seijin pihak eksternal? 

Lalu kenapa Novel tetap bersikukuh menuduh koruptor akan berterima kasih pada Presiden? Seolah Presiden telah memberi ruang korupsi.

Bukankah Badan Pengawas adalah hal yang wajar. Kenapa KPK tidak mau diawasi? Kenapa KPK tak mau ada aturan SP3? Padahal sudah berkali-kali melakukan kesalahan penerbitan sprindik dan tak bisa dibuktikan.

Lebih dari itu, kenapa Novel Baswedan tak pernah mau membahas poin-point RUU KPK dalam argumen ataupun pandangannya? Kenapa malah terlihat seperti politisi yang tak pernah peduli dengan isi, fokus pada narasi, melumpuhkan lawan politiknya dengan persepsi.

Tapi ya sudahlah. Setidaknya hari ini saya semakin sadar. Bahwa Novel Baswedan memang memiliki kemampuan berpolitik. 

Dan saya jadi teringat dengan orang-orang yang dulu cukup gencar menghubungi saya untuk ikut terlibat dalam pengungkapan kasus penyerangan Novel Baswedan. 

Apakah mereka juga bagian dari strategi politik yang sedang dilancarkan tim Novel? Menyeret saya dalam sebuah kasus dan mengikatnya dengan banyak jejak digital?

Terakhir, saya sangat bersyukur tidak pernah terlibat dalam kasus penyerangan yang pernah menimpa Novel Baswedan. 

Dan komentar Novel hari ini semakin meyakinkan kesimpulan saya, bahwa gelar manusia suci tidak didapat karena dia pernah diserang. Karena kalau kita lihat cerita para preman, mereka biasa saling serang. Antar penjahat saling tikam. Begitulah kura-kura.

Post a Comment

Previous Post Next Post